Confession

Hari ini Kayra ada urusan per-OSIS-an. Jadi pulangnya telat. Ia pulang bersama beberapa temannya yang searah. Saat ia hendak masuk ke gerbang, ia melihat seseorang menaiki motor, sepertinya baru saja berkunjung dari rumahnya. Namun karena sudah malam, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.

Ketika ia menengok ke arah pintu rumah, terlihat Karin yang dadah-dadah ke arahnya.

Ah… Pasti orang tadi tuh crush-nya Karin.

“Dih, kenapa lu cengengesan?” tanya Kayra begitu ia dekat dengan Karin.

Karin menyengir, kekehan keluar dari mulutnya. “Hehehe… Tadi crush gue abis main ke rumah.”

Kayra memutar bola mata. “Crush yang keberapa di bulan ini, nih?”

“Ih, tai lo. Yang kali ini serius, gue bener-bener suka sama dia. Bahkan gue rela deh kalo nanti gue yang nembak dia duluan. Kan biasanya gue gengsi.” jelas Karin. Masih cengar cengir.

Mereka mengobrol sambil berjalan. Karin mengikuti Kayra hingga ke kamarnya.

“Gila. Sebuah keajaiban, seorang Karin Dinata serius sama gebetannya sampe mau nembak duluan. Wow.” ujar Kayra melebih-lebihkan, yang kemudian dihadiahi tonjokan pelan dari Karin.

“Ya gimana ya… Orangnya tuh baik banget, caring abis. Terus gentle, sabar juga. Terus cantik! Aduh, gausah ditanya. Dia anak basket juga, mana keren-”

Kayra menggeleng-geleng sambil terkekeh. “Iya, iya. I get it, crush lo perfect.”

Karin merebahkan tubuhnya di kasur Kayra. Ia masih cengar cengir. Masih dalam seragamnya, Kayra juga ikut rebahan di kasurnya, di sebelah Karin. Ia memposisikan tubuhnya sehingga dirinya menghadap Karin.

Kayra membuka mulut, “Namanya siapa, Kay?”

Karin yang masih menyengir itu pun menjawab, “Gamau kasihtau ah, biar misterius.”

“Dih, najis.” tukas Kayra sambil memutar bola mata.

“Tapi jujur, gue turut seneng kalo lo serius gitu. Kerasa beda juga sih, lo bener-bener keliatan berbunga-bunga sekarang. Ga kaya yang biasanya.” Kayra terkekeh. “Gue juga kasian sama crush-crush lo itu. Kaya waktu itu, masa lo pacaran cuma tiga hari… Kan lucu.”

Karin ikut tertawa, mendengar hal itu. Memang kocak, dia juga gangerti kok bisa-bisanya dulu dia pacaran cuma tiga hari. Pacaran macam apa?

“Anjir lah, jangan diinget lagi.” ujar Karin ditengah tawa. “Kali ini gaakan tiga hari doang! Malah, gue berharap bisa selamanya sama dia.” lanjut Karin, masih cengar cengir.

“Aamiin. Semoga lancar, ya. Semoga crush lo suka lo balik juga.” ucap Kayra. Karin mengamini lalu memeluk tubuh kembarannya itu.

“Makasih, Kayya!!” ucap Karin ditengah pelukan.

Selama beberapa menit, kamar Kayra diisi dengan keheningan, hanya ada deru napas dari kedua gadis dengan wajah identik itu.

Kayra terduduk, kemudian berucap, “Eh, Kay. Gue mau ngomong sesuatu.”

Karin yang sudah terlihat lemas karena ngantuk langsung bangkit dan duduk tegak. “Oh my god, ada apa ini?! Kok serius banget… Lo ga hamil kan?”

Karin kena tabok.

“Tolol. Orang gue aja demennya cewek.” mendengar ucapan Kayra tersebut, Karin tertawa.

Gay.” goda Karin.

Kayra terkekeh. “Lu juga, anjrit.”

“Ya iya, sama.”

Mereka pun tertawa.

Setelah tawa mereka mereda, Karin bertanya, “Anyway busway, tadi lo mau ngomong apa, Ya?”

Kayra terlihat nervous, jarinya sibuk memainkan ujung roknya. Ia memberanikan diri untuk membuka mulut, “Gue… Gue lagi suka sama orang.”

Kayra berucap di dalam hati, Karin heboh in 3… 2… 1

“HAAHH DEMIAPA? SIAPA? ANAK MANA? KELAS BERAPA? CANTIK GA? KETEMU DIMANA? ANAKNYA KAYA GIMANA?” pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan Karin. Ngantuknya Karin barusan seperti seketika hilang, karena sekarang ia terlihat semangat sekali.

Kayra hanya bisa menepok jidat. Bener kan, dugaan gue. Pasti bocah ini heboh.

Kayra menutup mulut Karin dengan tangannya. “Kenapa sih, lo heboh banget? Orang gue cuma suka sama orang doang.”

Karin menarik tangan Kayra yang menutup mulutnya dengan paksa, kemudian berkata, “HEH! Kalo buat lo tuh, itu bukan 'doang', ya! Kapan lagi lo cerita kalo lagi suka sama orang ke gue? Kalo lo cerita, gue tau, pasti serius.”

Kayra hanya senyam senyum, pipinya memerah.

“Ciaelahh, Kayya lagi demen sama orang nih.” goda Karin. Kayra menaboknya pelan.

“Tapi seriusan, Ya. Jawab pertanyaan-pertanyaan gue barusan, elah. Kalo gue tau nama dan dia anak mana kan siapatau gue bisa bantu. Lo tau kan gue kenal seisi sekolah bahkan luar sekolah?” ucap Karin sambil menepuk-nepuk dadanya. “Bakal gue bantu, tenang aja. Kapan lagi kembaran gue begini? Gila, harus sampe jadian ini sih.”

Kayra tertawa, lagi-lagi memukul Karin pelan. “Lebay lo.”

Karin memutar bola matanya. Kemudian mendekat ke arah Kayra, memegang kedua tangannya. Ia sedikit melompat-lompat di kasur Kayra karena excited. “Ayoo, kasih tauu!”

“Okay… Pokoknya orangnya cantik, bisa ganteng juga lagi. Anak basket, satu sekolah sama kita juga. Baik, banget-”

Karin menaruh telunjuknya di bibir Kayra, mendiamkan kembarannya tersebut. “Udah, udah. Iya, tau, crush lo sekeren itu di mata lo. Yang gue tanyakan paling utama namanya ni. Siapa namanya?”

“Namanya W-”

Ponsel Kayra berbunyi, menandakan telepon masuk.

“Ah telepon tai!” cetus Karin.

Kayra tertawa terbahak-bahak, sambil bangkit untuk mengangkat teleponnya. Ternyata itu dari teman per-OSIS-annya, jadi teleponnya rada lama, bahas proker.

Tadinya Kayra hendak melanjutkan ceritanya setelah teleponnya selesai, eh, tapi ternyata Karin udah tidur di kasurnya. Melihat itu, Kayra tersenyum dan menutupi tubuh Karin dengan selimut. Membiarkan kembarannya itu tidur di kamarnya.