Explanation

Kayra tidak kuat menahan tangisannya.

Di satu sisi, ia merasa lega karena kembarannya mendapatkan pasangan yang menurutnya baik. Tapi di sisi lain, ia sakit hati. Kenapa bukan dirinya yang dipilih Wina?

Kayra sedang terduduk di atas kasur, posisinya memojok di antara tembok dan headboard. Ia melipat kakinya, tangannya menyilang diatas lututnya, kemudian kepalanya menunduk dengan jidat yang bertumpu di tangannya itu.

Ia mendengar suara pintu terbuka dan tertutup lagi. Baru saja ia ingin mengumpat dalam selimut, berjaga-jaga jika itu salah satu dari orang tuanya. Namun, suara yang terdengar dari orang tersebut mengagalkan keinginannya barusan.

“Kayra.” itu suara Karin.

Kayra tidak jadi merubah posisi dan masih setia dengan posisi sebelumnya, di pojokan.

Karin menghampiri saudara kembarnya, duduk dihadapannya. Ia memegang wajah Kayra, kemudian mengangkatnya agar tidak menunduk lagi. Terlihat wajah Kayra yang penuh air mata. Melihat itu, hati Karin rasanya seperti teriris. Kembarannya itu bisa dibilang jarang menangis.

Tangan Karin berada di kedua pipi Kayra, jempolnya bergerak untuk menghapus air matanya.

Baru saja Karin membuka mulut, “Kayr-”

Congrats, Rin.” ujar Kayra sambil memaksakan senyum.

Karin menggeleng. “Ra-”

“Seharusnya gue ngalah aja dari awal, ya? Orang Wina juga sukanya sama lo.” Kayra memotong Karin lagi.

“Kayra-”

Lagi-lagi, ucapan Karin dipotong. “Wina buat pilihan yang tepat, sih. Lo serius sama dia. Selain itu, udah berpengalaman juga lagi. She deserves you, Kay.” Kayra menarik napas, kemudian menghembuskannya. “I'm happy as long as you're happy, Kayin. Gausah pikirin gue, gapapa. Gue ikhlas-”

“Kayra Dinata.” ucap Karin tegas. Kayra langsung bungkam.

“Lo bisa gausah nyerocos, motong omongan gue ga sih? Dari tadi gue mau ngejelasin ke lo!” nada bicara Karin sedikit naik. Jika sisi tegas Karin udah keluar, Kayra pun menciut.

Untuk merespon ucapan Karin barusan, Kayra mengangguk pelan. Ia menunduk lagi, tidak berani menatap mata Karin.

“Kayra.” ucap Karin. Kayra masih menunduk.

“Kayra, kalo diajak ngomong tuh liat orangnya.” mendengar itu, Kayra mendongak pelan-pelan.

Karin memegang kedua pundak Kayra, kemudian berkata, “Gue dan Wina… There's no us. We're not together.”

Kayra menatap Karin bingung.

She also confessed that she has feelings for me… Tapi ujung-ujungnya gue tolak.”

Kali ini, tatapan bingung Kayra berubah jadi tatapan keheranan.

Kayra membuka mulut, “What are you-

“Belom selesai. Let me finish first.

Kayra bungkam lagi.

“Iya, gue seneng. Banget, malah. Siapa sih yang ga seneng kalo orang yang kita suka, suka balik sama kita? Tapi… Rasa bersalah karena gue bakal nyakitin lo, dan rasa ketakutan gue akan kehilangan lo, jauh lebih besar dari rasa seneng itu, Ra. Sebagai sodara, apalagi kembar, gue ngerasa punya kewajiban buat selalu protect lo, bukannya nyakitin lo. Gue benci liat lo sedih, apalagi kalo penyebabnya gue. Ngebayangin lo nangis disaat gue seneng jalan sama Wina aja bikin gue pengen nangis juga, Ya.” Karin menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. “Selain itu... Iya, gue suka sama Wina. Tapi gue sayang sama lo, Ya. Gue masih bisa ngebayangin hidup gue tanpa Wina, tapi gue ga bisa ngebayangin hidup gue tanpa lo, Kayya.”

Air mata Kayra yang tadinya sudah berhenti, berjatuhan lagi setelah mendengar penjelasan saudara kembarnya itu.

“Ya, loh kok nangis… Jangan nangis.” Karin berusaha menghapus air mata Kayra. Namun, Kayra menahan tangan Karin yang tadinya ingin menghapus air mata Kayra. Kemudian, Kayra sedikit maju dan memeluk saudara kembar di hadapannya.

“Kayin… Lo dangdut banget, jujur. Tapi gue jadi terharu.” ucap Kayra ditengah pelukan. Kedua tangan Karin juga melingkar di tubuh Kayra. “Jujur gue rada jiji ngomongnya, tapi gue juga sayang sama lo dan gamau kehilangan lo, Kayin.”

Mendengar itu, Karin mempererat pelukan mereka.

“Dan kalo misalnya gue yang dipilih Wina, I think I'd do the same.” Kayra mengakhiri kalimatnya.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukannya. Senyuman lebar terlukis di kedua bibir gadis dengan wajah identik tersebut.

Tiba-tiba Kayra teringat Wina, kemudian berkata, “Tapi kalo dipikir-pikir, Wina kasian juga, udah tiba-tiba disuruh milih, terus lo tolak. Emang gapunya hati lo, Kay.”

“Heh, justru gue punya hati, ya! Gue mikirin perasaan lo.” protes Karin yang menyebabkan tawa Kayra pecah. “Eh.. Tapi kalo dipikir-pikir lo bener juga sih. Kasian, ya? Udah disuruh milih malah ditolak? Aduh, abis gimana ya… Otak gue suka gabisa berkompromi jadi sadarnya telat. Coba aja, gue ngalah dari awal gitu, kita gaperlu berantem, dan Wina gaperlu disuruh milih. Maaf, Kayya.” kemudian Karin mengakhiri kalimatnya dengan, “Maafin juga, Wina.” meskipun orangnya gaada disana.

Kayra memegang tangan Karin, ibu jarinya mengusap punggung tangan Karin dengan pelan. “Apa, ih? Ga usah minta maaf, Kayin. Lagian kalo lo ngalah juga, kan Wina sukanya sama lo? Dan kalo soal Wina… Gue gatau juga sih. Semoga dia baik-baik aja.” Kayra sedikit terkekeh, kemudian melanjutkan kalimatnya, “Terus juga, pengalaman gitu, berantem sama gue. Kapan lagi kan, lo berantem sama gue sampe kaya gini?”

Mendengar itu, Karin tertawa. “Bener juga.” kemudian dilanjut dengan, “Seriusan deh, gue gapernah ngira sekalipun kalo penyebab berantem besar kita itu gara-gara suka orang yang sama. I mean, knowing you...

Right. Ga lagi-lagi, deh. Kalo berantem terus baikan gini, gue jadi ikutan dangdut gara-gara lo, elah.” ucap Kayra seraya memutar bola matanya. Karin sok-sok cemberut, kemudian bibirnya dihadiahi sentilan dari Kayra.

“Eh anjir, gue jadi inget AU yang lo ceritain, Kay!” Karin menatap Kayra bingung, berusaha mengingat AU yang mana, karena dirinya bacot dan cerita mulu. “Yang itu, yang kata lo karakternya sodaraan terus berantem gara-gara suka orang yang sama.”

“OOOH… IYA, INGET!”

Moral of the story, jangan baca AU. Nanti kejadian.” ujar Kayra yang direspon dengan tonjokan pelan dari Karin.

“Ya gagitu, tolol.”

Beberapa saat kemudian, keadaan sudah kembali normal. Si kembar udah ngobrol kaya biasa lagi. Namanya juga sodara kali ya, jadi baikannya cepet.

Karin memperhatikan wajah Kayra yang tadi menangis, kemudian tertawa sendiri.

“Ih serem lo anjir, ngapain ketawa sendiri?”

“Mata lo… AHAHA. Mata lo gendut, anjir.” ucap Karin sambil tertawa, jarinya menunjuk ke arah mata Kayra.

“Emang sebengkak itu ya?” Kayra langsung mengambil ponselnya dan membuka kamera untuk bercermin.

“Mayan… Dah yuk, jangan nangis makanya. Jangan sedih-sedih lagi.” Karin mengusap punggung Kayra. “Ayo lupakan masa lalu, mari kita cari cewek baru.”

Mendengar kalimat terakhir Karin, Kayra menepuk jidat. Menepuk jidat Karin, maksudnya.

“Lo ngajak cari cewek udah kaya ngajak cari jajanan SD. Orang sinting.”

Karin hanya menyengir.

“Tapi nanti kalo lo suka sama orang, langsung ceritain! Gamau gue, rebutan lagi. Cape.” ujar Karin.

“Lo juga, anjir. Gausah sok misterius gamau ngasihtau namanya.” Kayra memutar bola matanya.

“HAHAHA. Diem lo!”

Karin melompat dan memeluk Kayra hingga tubuh keduanya terjatuh ke kasur. Lagi lagi, kamar Kayra dipenuhi dengan suara tawa kedua perempuan tersebut.

Malam itu diakhiri dengan si kembar yang tertidur bersama di kamar Kayra. Karin menawarkan diri untuk menginap, padahal sudah Kayra tolak. Tapi sebenernya Kayra seneng juga sih, kangen tidur bersama sodara kembarnya.


Bagaimana dengan Wina?

Wina… Sedang termenung di kamarnya. Semuanya terjadi begitu cepat. Diawali dengan dirinya yang datang untuk menjemput Karin, sarapan dengan Kayra, ke Sea World bersama keduanya, disuruh memilih diantara mereka, dan diakhiri dirinya yang tertolak setelah memilih. Bayangkan, semua itu terjadi dalam kurang lebih satu hari.

Sejujurnya, Wina speechless. Jadi cuma bisa bengong.

What a memorable experience…