Giselle.

Keesokan harinya.

Karina sudah sampai di sekolah, duduk di bangkunya seperti biasa. Ia datang agak pagi, jadi kelas masih belum ramai. Winter, chairmate-nya pun belum datang.

Semalam Karina sengaja tidak membuka chat Winter lagi. Dia bete, Winter kayanya seneng banget ngomongin si Gisel Gisel itu. Sampai sekarang pun, Karina masih bete.

Bete Karina makin bertambah ketika ia melihat Winter berjalan bersama seorang siswi tidak dikenal, memasuki pintu kelas 2B. Terlebih lagi, tangan mereka tertaut, saling bergandengan sambil berjalan masuk. Senyum serta tawa juga mengiringi mereka ketika mereka berjalan.

Karina memanas.

Kebetulan, Winter datangnya memang mepet. Jadi begitu Winter duduk, bel berbunyi. Winter sempat menyapa Karina, tetapi Karina sok sok sibuk agar Winter mengira Karina memang tidak mendengar sapaannya, bukan memang sengaja.

Wali kelas 2B masuk, kemudian memanggil siswi yang berjalan bersama Winter tadi. Siswi itu maju ke depan dan memperkenalkan diri.

“Hai teman-teman. Nama aku Giselle Uchinaga. Umur aku 7 tahun. Hobi aku nonton yutup. Aku baru pindah dari luar negeri, dari Jepang. Salam kenal ya!” ucap siswi baru bernama Giselle itu.

Anak-anak di kelas pun heboh.

“Wah dari luar negeri!”

“Dari Jepang? Jepang itu tempatnya doraemon kan ya?”

“Giselle cantik, ya?”

Winter pun tersenyum lebar, bangga melihat tetangga barunya berbicara di depan.

Sedangkan Karina? Ia cemberut. Oh, ternyata ini si Gisel Gisel itu toh.


Saat bel istirahat berbunyi, Karina sengaja langsung membagikan buku tugas para siswa yang menumpuk di meja guru dan menyuruh Winter ke luar kelas duluan. Ia masih bete, malas berbicara dengan Winter.

Winter keluar kelas, mengajak Giselle untuk duduk di bangku pinggir lapangan. Biasanya ketika istirahat Winter tuh suka lari-larian main di lapangan sama anak lain, dan kali ini seperti itu. Ia meninggalkan Giselle duduk sendirian. Tapi Giselle fine-fine aja, dia juga lagi sibuk sama snack yang dia bawa dari rumah.

Selesai membagikan buku, Karina iseng keluar. Niatnya mau ngintip Winter. Eh ternyata dia hanya menemukan Giselle yang duduk sendirian. Ia merasa sedikit kasihan karena Giselle sendirian, jadi Karina memutuskan duduk di sebelah Giselle. Namun, ketika Karina duduk, Giselle malah bergeser sedikit, biar ga deket sama Karina.

“Giselle.” panggil Karina. Orang yang dipanggil pun menoleh, kemudian menaikkan alisnya.

Karina berkata, “Aku Karina. Hai.” seraya mendekat ke arah Giselle lagi, sambil menjulurkan tangan.

Giselle menjabat tangan Karina, sambil berkata, “Hai Karina.”

Usai melepas tangan Karina, Giselle menggeser pantatnya lagi. Biar ga deket Karina. Karina bingung, kenapa Giselle ngejauh terus? Akhirnya Ia pun bertanya.

“Giselle kenapa ngejauh dari Rina terus? Kan susah kalo mau ngobrol.” tanya Karina.

Giselle menatap Karina, kemudian berucap, “Tadi Winter bilang, katanya aku ga boleh deket-deket Karina. Soalnya Karina punya Winter. Jadi ya udah aku ngejauh.” dengan polosnya.

Mendengar itu, Karina menunduk malu, pipinya memerah. Seketika bete Karina pun hilang. Ternyata dirinya masih belum tergantikan.