Hari Pertama Sekolah

Hari ini merupakan hari pertama sekolah bagi seluruh siswa, dari jenjang SD hingga SMA. Hari ini juga merupakan hari pertama Karina dan Winter tidak masuk di kelas yang sama.

Saat Winter sampai di sekolah, Ia menaruh tasnya asal, bahkan tidak memperdulikan chairmate-nya siapa. Setelah menaruh tas, ia langsung kabur ke kelas 3A, untuk menemui teman kesayangannya.

Hari Senin. Upacara dilaksanakan.

Seperti biasa, setiap kelas terdiri atas dua baris, laki-laki di sebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri. Kebetulan, kelas 3A berada di sebelah kanan kelas 3B. Barisan laki-laki 3B berbatasan langsung dengan barisan perempuan 3A. Karena itu, Winter si bocil bucin itu pun berdiri di barisan laki-laki kelasnya yang tepat bersebelahan dengan Karina.

“Winter, kok kamu di sini? Ini kan barisan laki-laki??” seru bocah laki-laki di belakang Winter.

“Sungchan diam aja deh. Nih rambut Winter juga pendek kaya anak laki-laki!” balas Winter kesal.

Haechan yang berada di depan Winter menengok ke belakang, kemudian ikut menimpali, “Kurang pendek, Win. Kalo segitu nanti di omelin Ibu Guru.”

Winter memelototi bocah itu dan menyuruhnya diam. Haechan hanya terkekeh kemudian berbalik ke depan lagi. Karina yang berada di sebelah Winter hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menahan senyum.

Winter menengok ke sebelah kanan, niatnya ingin melihat Karina, tetapi Ia menyadari posisi bocah laki-laki di sebelah Karina yang menurutnya terlalu menempel pada teman kesayangannya itu. Winter pelan-pelan bergeser ke kanan dan merentangkan tangannya untuk mendorong badan laki-laki itu.

Karina yang berada di tengah berseru, “Winter ngapa-”

Bocah laki-laki itu menengok, dan akhirnya Winter mengenalinya. “Ih, si Jeno! Jeno jangan deket-deket!” ujar Winter.

“Winter kamu kok di ba-”

“Jeno diem aja! Udah jauhan dikit dari Rina!”

Daripada ribut terus ketauan guru, akhirnya Jeno menuruti Winter dan bergeser sedikit. Karina memegang tangan Winter yang tadi mendorong Jeno dan mengembalikannya ke posisi semula.

“Winter.. Jangan berisik. Nanti ketauan Ibu Guru. Mana Winter barisnya di tempat cowok lagi…” ucap Karina.

“Winter mau deket sama Rina..” protes Winter.

“Ya udah, tapi diem. Biar ga ketauan.” ujar Karina. Kemudian tangan kiri Karina meraih tangan kanan Winter dan menggenggamnya, jempolnya sedikit mengelus tangan Winter untuk menenangkannya. Tak lama kemudian, Karina melepaskannya karena takut ketauan Ibu Guru. Hal itu sukses membuat Winter diam. Ditambah dengan senyuman di wajah mungilnya.

Upacara berjalan dengan lancar. Winter beruntung, karena Ia tidak ketahuan oleh guru.

Setelah upacara selesai, Winter masih menempeli Karina hingga masuk kelasnya. Bahkan ia duduk di bangku sebelah Karina.

“Winter? Winter balik ke kelas, gih.” ucap Karina. Winter memanyunkan bibirnya.

“Winter gamau.. Winter mau sama Rina.” Winter berkata seperti itu lalu memeluk tubuh Karina dan membenamkan wajahnya di dada Karina.

“Nanti kan ketemu Rina lagi pas istirahat sama pulang…” ucap Karina. Ia sedikit mengelus punggung Winter, kemudian memegang pundak Winter dan mendorongnya agar Winter duduk tegak lagi.

“Rina..”

Suara hentakan heels mendiamkan kedua bocil tersebut. Wali kelas 3A telah masuk, siswa-siswi pun berhamburan dan buru-buru duduk. Namun, karena Winter menduduki bangku Karina, ada salah satu siswi yang tidak bisa duduk.

“Miss Fany! Bangku Ning diambil!” seru siswi itu kepada sang wali kelas.

“Emang Ning harusnya duduk dimana?” tanya Miss Fany. Ningning pun menunjuk bangku yang diduduki Winter. Wali kelas itu pun menghampiri bangku yang dimaksud Ningning.

Wait, Winter? Winter bukannya di kelas sebelah, ya?” tanya ibu guru beraksen bule tersebut. Iya, Miss Fany kenal Winter dan tau dimana kelas Winter karena Ia kenal dekat dengan Mamanya Winter juga.

“Tapi, Miss Fany… Winter mau sama Rina.”

Miss Fany berjalan ke sebelah Winter dan berjongkok, kemudian menggenggam tangan Winter.

“Winter balik ke kelas, ya? Nanti ketemu sama Rina lagi pas istirahat, bisa kan? Kasian juga Ningning jadi gabisa duduk, kursinya penuh.” ucap Miss Fany. Winter menghela napas.

“Okay.. Tapi Winter mau ngomong sama Ningning dulu sebentar, Miss.” ucap Winter, yang direspon dengan anggukan dari Miss Fany.

Winter bangkit dan membawa Ningning untuk menjauh agar bisa ngomong berdua aja. Kemudian Ia berbisik, “Ningning jangan terlalu deket sama Rina, ya. Rina punya Winter.”

Ningning menautkan alisnya, kemudian membalas, “Ih, ge-er banget! Tenang aja si, Ning ga akan ambil Karina dari Winter. Emangnya Ning itu Winter? Main ngambil bangku orang!”

Mendengar itu, Winter merasa tenang walaupun tersinggung sedikit. Setelah itu, Winter berpamitan dengan Karina. Lalu, wali kelas 3A, atau Miss cantik bernama Tiffany itu, menuntun Winter keluar kelas dan mengantarkannya ke kelas asalnya.