Imunisasi
“Kelas 2B? Ke ruang UKS sekarang, giliran untuk imunisasi. Segera, ya.” ucap salah satu guru di pintu kelas 2B.
Anak-anak pun heboh. Ada yang semangat untuk imunisasi, ada yang menangis ketakutan, ada yang meledek temannya yang ketakutan, dan ada juga yang pasrah.
Winter ketakutan. Ia menoleh pada Karina, kemudian berkata, “Rina… Winter takut di suntik.”
“Katanya Winter jago, masa disuntik dikit aja takut? Ayo dong, berani!” ujar Karina.
Winter menghela napas. “Huh. Oke deh. Winter berani!” ucap Winter sambil menonjok angin. Karina hanya tersenyum melihatnya.
Sepanjang perjalanan menuju UKS, Karina terdiam. Winter yang tadinya ketakutan malah gabisa diem, nyerocos mulu itu mulut ga berenti ngomong.
Saat sampai dekat UKS, sudah ada beberapa anak yang berbaris. Winter pun bertanya pada Karina, “Mau Winter dulu apa Rina dulu?”
“Winter aja.” jawab Karina singkat. Winter mengangguk.
Giliran Winter pun tiba. Ia memasuki ruang UKS kemudian di imunisasi. Semuanya berjalan lancar, Winter tidak menangis. Tapi Winter nyanyi lagu yang lagi terkenal itu, lagu si aespa Next Level. Bukan nyanyi sih, lebih ke teriak-teriak. Sampe kalo susternya bisa request, dia mau request pake airpods biar ga denger tu suara. Karena senyaring itu.
Imunisasi Winter selesai. Saat Winter keluar ruangan, Karina menghilang. Winter hendak mencarinya, tetapi ia kebelet pipis. Akhirnya Winter memutuskan untuk ke kamar mandi dulu.
Saat sampai di kamar mandi, Winter mendengar suara tangisan. Karena kebanyakan menonton Jurnal Risa bersama Kak Yeri, Winter pun spontan berteriak, “IBU GURU! ADA SETA-”
Seketika terdengar suara pintu terbuka dan mulut Winter dibekap. Ketika Winter balik badan, ternyata pelakunya adalah Karina. Wajah Karina penuh dengan air mata.
“Rina? Rina kenapa nangis?” tanya Winter. Ia menangkup wajah Karina dengan kedua tangannya sambil menghapus air mata Karina dengan ibu jarinya (Iya, Winter gegayaan kaya orang dewasa begini gara-gara kebanyakan nonton sinetron sama Mamah Taeng).
Sambil sesenggukan, Karina menjawab, “R-rina t-takut disuntik…”
Winter menatapnya heran. Perasaan tadi Rina yang nyemangatin Winter…
“Eh? Gausah takut! Gak sakit, bener deh. Tadi Winter usah di imunisasi, gak kerasa sama sekali.” jelas Winter. Karina masih diem aja. Menunduk, menatap sepatu Winter.
“Mau Winter temenin?”
Mendengar itu, Karina langsung mengangkat kepalanya dan menatap Winter. “Rina mau.”
“Okay! Yuk.”
Setelah Karina mencuci wajahnya, Winter menggandeng tangan Karina dan membawanya berjalan ke UKS.
Lengan kanan Karina dipegang oleh suster, dibersihkan. Siap untuk diimunisasi. Sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Winter. Karina menatap lurus ke mata Winter.
Agar Karina terdistraksi, Winter pun bernyanyi.
Indonesia, tanah airku-
Karina tertawa, kemudian protes, “Kok Indonesia Raya? Kan lagi ga upacara?”
Winter menyengir. “Abis Winter bingung. Emang Rina maunya Winter nyanyi apa?”
“Umm-”
Karina belum menyebutkan lagu yang ia inginkan, tapi Winter udah motong dengan, “Eh! Udah tuh disuntiknya!”
Karina menoleh ke arah suster di sebelah kanannya. Benar saja. Susternya sudah menyuruh Karina untuk memegang kapas di tempat yang bekas disuntik.
Suster tersebut tersenyum pada Karina, “Imunisasinya udah. Anak pinter!”
Karina pun tersenyum balik, “Terima kasih, Mba suster!”
Setelah itu, Karina kembali pada Winter. Kemudian berkata, “Terima kasih Winter. Udah nemenin Rina” sambil menunjukkan senyuman lebar.
“Iya, sama-sama Rina.” Winter ikut tersenyum.
“Karena Rina udah pinter mau disuntik, ke kantin, mau ga? Winter jajanin susu coklat kesukaan Rina!”
Rina mengangguk semangat. “Mau, Rina mau!”
Winter pun menggandeng tangan Karina dan membawanya keluar UKS.
Mba suster yang menyaksikan itu pun berkata dalam hati, Ya ampun, kapan ya gue bisa gemes gemes kaya dua bocil itu? Tapi pacar aja gapunya...