Kangen

Kelas 3A baru selesai mata pelajaran Bahasa Inggris, dimana gurunya adalah Miss Fany, wali kelas mereka sendiri. Jadwal Miss Fany selanjutnya yaitu kelas 3B, dimana itu merupakan kelas Winter.

Alright, class. Thank you for today. Good morning!” pamit Miss Fany.

“Jaemin, tolong bawain tumpukan buku itu ke kelas 3B ya. Let's go, ikut Miss sekarang.” ujar Miss Fany sambil menunjuk tumpukan buku yang berada di meja guru.

Jaemin baru aja ingin bangkit, tapi suara Karina memberhentikannya. “Miss, Rina aja yang bawa. Kan Rina ketua kelas.” ucap Karina.

Miss Fany tersenyum, kemudian berkata, “It's okay, Karin. Biar cowok aja yang bawa, kan lumayan berat.”

Karina berargumen, “Gapapa, Miss. Rina juga kuat kok.” seraya bergegas berjalan ke arah tumpukan buku dan membawanya.

Miss Fany tidak bisa mengelak lagi, Karina terlalu kekeuh. “Alright then.. Let's go.

Karina berjalan berdampingan bersama Miss Fany. Saat memasuki kelas 3B, mata Karina bertemu dengan mata Winter yang terlihat terkejut. Winter melemparkan senyum ke arah Karina, yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari Karina.

“Okay.. Taro situ aja, Karin. Thank you, ya.”

Karina pun menaruh buku itu sesuai tempat yang diperintahkan Miss Fany. Saat berjalan keluar, Karina melirik ke arah Winter dan memberikan senyum lagi.

Usai berada di luar kelas 3B dan menutup pintu, Karina berdiri di depan sejenak kemudian menghembuskan napas panjang. Ia rindu sekelas dengan Winter, duduk bersama bocil itu seperti biasanya. Ia tersenyum karena pertemuan kecil mereka barusan.

Ketika sedang berdiri sambil tersenyum sendirian, sebuah suara mengejutkan Karina.

“Rina, ngapain senyum sendirian?” goda suara itu. Karina kenal betul pemilik suara itu. Siapa lagi kalo bukan Winter?

“Winter! Ngagetin Rina aja!.” seru Karina. Ia malu, ke-gap lagi senyam senyum sendiri sama pelaku yang bikin dia melakukan hal itu.

Winter tertawa cengengesan.

“Winter ngapain di luar? Kan udah ada Miss Fany di kelas Winter.” tanya Karina.

Winter memanyunkan bibirnya, lalu berkata, “Winter kangen sama Rina.” kemudian memeluk perempuan yang lebih tinggi di hadapannya. Perempuan yang dipeluk pun membalas pelukan itu, erat.

“Rina juga kangen Winter” ucap Karina tepat di depan telinga Winter.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukan itu.

“Rina, tadi Winter bilang ke Miss Fany mau ijin ke toilet. Jadi biar Winter ga bohong, Winter mau ke toilet sekarang. Rina mau temenin ga?” tanya Winter dengan mata yang berbinar penuh harap. Pertanyaan Winter itu dibalas dengan anggukan semangat dari Karina. Dua bocil itu pun berjalan ke toilet sambil bergandengan tangan.

Ketika berjalan, Karina bingung. “Eh, Winter, ini kemana? Kan toilet bukannya-”

“Winter mau ke toilet lantai 2 aja, biar jalan-jalan sama Rina-nya lebih lama.” ujar Winter yang sukses membuat Karina tersipu malu.

Sesampainya di toilet, Winter hanya mencuci tangannya. Kemudian bercermin, merapikan rambut serta pakaiannya. Selama Winter melakukan hal itu, mata Karina tidak pernah berpaling dari Winter. Bola matanya mengikuti segala gerak gerik Winter, sehingga secara tidak sadar, senyuman terlukis di wajah Karina.

“Udah.” ucap Karina tiba-tiba.

Winter menatap Karina bingung. “Udah apa, Rina?”

“Winter udah cantik.”

Winter tersenyum lebar. Sedangkan yang berkata seperti itu malah menunduk malu dan menutup mulutnya dengan tangan, ia tak percaya ia baru saja menyuarakan isi pikirannya kepada anak perempuan dihadapannya.

“Rina?”

Panggilan Winter pun membuat Karina mengangkat kepalanya lagi.

“Rina juga cantik.”

Mendengar kalimat Winter barusan, kepala Karina yang tadinya udah terangkat jadi menunduk lagi. Ia malu, pipinya memerah.

“Rina jangan nunduk mulu, nanti kepala Rina pegel.” ujar Winter bercanda. Karina hanya tertawa dan memukul Winter pelan.

Setelah itu, mereka kembali ke kelas mereka. Tentunya, sebelum mereka berpisah, mereka berpelukan dan mengucapkan kata-kata kangen serta semangat kepada satu sama lain.