New Year and Birthday

Jarum pendek di jam dinding sudah hampir menunjuk ke arah angka 12, begitupun jarum panjangnya. Para pengunjung yang membawa pasangannya telah berdiri berhadapan, siap untuk mencium pasangannya tersebut.

Sedangkan Karina? Well… Winter masih ngambek.

Beberapa detik menuju pergantian tahun, para pengunjung pesta pun mulai menyerukan hitungan mundur. Karena itu, Karina pun memberanikan diri untuk menatap Winter dan berkata, “Baby… I wanna kiss you when the clock strikes at 12.

Tiga!

Is it okay if I kiss you?

Dua!

You're not answering… Okay then, I will not-

Satu!

Begitu kedua jarum jam menunjuk ke angka 12, ucapan Karina terpotong karena bibirnya ditutup oleh bibir Winter. Winter mencium Karina, dan Karina sedikit terkejut, tapi kemudian dengan cekatan Ia membalas ciuman tersebut. Winter mengalungkan tangannya di leher Karina, sedikit menariknya untuk memperdalam ciumannya. Ciuman tersebut semakin memanas, mereka mulai melumat bibir satu sama lain. Selama beberapa saat, mereka melakukan itu. Namun, aktivitas tersebut harus terhenti karena jika tidak, mereka bisa kehabisan napas.

Winter dan Karina memundurkan wajah mereka, lalu saling bertatapan. Napas yang terengah-engah dan senyuman terlukis di wajah mereka.

Winter membuka suara, “Happy new year, Mommy.”

Happy birthday, Baby.” balas Karina.

Winter termenung sesaat. “Wait… Right. It's My birthday…

Karina tertawa kecil, melihat Baby-nya yang melupakan ulang tahunnya sendiri. Kemudian Karina merogoh tasnya, seraya berkata, “Yes, it's your birthday. And that's why…” lalu mengambil kunci kamar dan menunjukkannya tepat di depan wajah Winter. “Let's celebrate new year and your birthday in our own room, ya? Mau?”

Winter mengangguk semangat.


Karina dan Winter sampai di kamar 1101, kamar hotel mereka. Kebetulan, disediakan dua bath robe disini, akhirnya mereka pun berganti pakaian agar lebih nyaman. Hanya memakai underwear dan dibalut dengan bath robe yang disediakan hotel.

Karina menyandarkan punggungnya diatas bantal dan headboard, serta meluruskan kakinya di atas kasur. Badan dan kakinya tertutup selimut untuk menghangatkan tubuhnya. Ia sedang menggonta-ganti channel TV, memilih tontonan yang pas untuk di tonton.

Winter yang baru saja dari kamar mandi menghampiri Karina, kemudian ikut masuk ke dalam selimut. Ia menempelkan badannya pada Karina, kepalanya bersandar di dadanya, dan lengannya melingkar di pinggang Karina. Lengan kanan Karina pun mendekap Winter, dengan tangannya mengelus lembut rambut Winter yang sekarang sudah tidak dikepang lagi. Selama beberapa saat, mereka dalam posisi itu.

Lalu Winter bertanya, “What are we gonna do, Mommy?”

Saat Karina ingin menjawab, bunyi bel terdengar.

“Sebentar, ya, Sayang. Itu pasti room service

Dengan berat hati, Winter melepaskan pelukannya. Karina terkekeh, lalu mengacak rambut Winter gemas sebelum beranjak untuk membuka pintu.

Setelah beberapa saat, Karina kembali ke kasur. Ia menempatkan pesanannya di nakas sebelahnya. Kemudian menuangkan minuman pada gelas yang telah disediakan. Winter hanya terdiam memperhatikan Mommy-nya.

Setelah menuangkan minuman itu, Karina beralih ke Winter lagi. Ia menunjukkan gelas yang berisi cairan berwarna sedikit kekuningan.

You said you wanna try alcohol, right? Then try this.” ujar Karina.

Winter menatap gelas itu, lalu bertanya, “What is that, Mommy?”

“Ini wine, yang kadar alkoholnya rendah. Ga kaya yang tadi. Lagian, sekarang kamu udah 21 tahun, jadi udah boleh minum.” jelas Karina, diakhiri dengan kekehan.

Winter pun mengangguk. Ia bersemangat. Namun, saat Winter hendak meraih gelas tersebut, Karina malah menariknya kembali. Winter menatapnya bingung.

Karina memberi Winter senyuman menggodanya, lalu meminum wine tersebut. Setelah itu, Karina mendekatkan wajahnya pada wajah Winter dan mempertemukan kedua bibir mereka. Winter memejamkan matanya, merasakan betapa manisnya bibir Karina. Cairan beralkohol tersebut juga sedikit demi sedikit memasuki mulut Winter dan bertemu dengan indra perasa miliknya. Winter dimabuk kepalang. Merasakan sesuatu yang baru, alkohol, sekaligus merasakan bibir kenyal Karina yang terus menyentuh dan bergerak di bibirnya. Jantung Winter berdegup kencang, kupu-kupu pun berterbangan di perutnya.

Beberapa saat kemudian, Karina memundurkan wajahnya, melepaskan ciuman tersebut. Winter membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali. Ia terdiam, masih amazed akibat hal yang dilakukan oleh Karina barusan. Karina tersenyum lebar, merasa bangga melihat gadisnya seperti itu karena hal yang dilakukannya.

Setelah beberapa saat, Karina memecah keheningan. “How did it taste, hm?”

Winter menatap Karina, kemudian tersenyum lebar. “It tasted good! I like it, Mommy!”

Which one do you like more, the wine… or my lips?” goda Karina. Senyumnya seduktif, dengan alisnya mengangkat satu.

Winter membulatkan matanya.

God, my Mommy is so…

Winter meneguk ludah, lalu menjawab, “Of course, I like M-mommy's lips more!

Is that so?” goda Karina lagi.

Winter mengangguk semangat.

Karina meletakkan gelas wine tadi di nakas, kemudian beralih ke Winter lagi dan bertanya, “Then, wanna taste Mommy's lips again?

“Mau! Winter mau!” ujar Winter semangat.

Karina mendekatkan wajahnya pada wajah Winter, mendorong Winter perlahan sehingga bagian belakang tubuh Winter bertemu dengan kasur. Ia kembali mencium Winter, bibirnya lagi-lagi bertemu dengan bibir mungil Winter yang terasa manis dan membuatnya candu. Tidak hanya bibirnya, bibir Karina menjelajah hampir seluruh tubuh Winter. Satu demi satu pakaian ditanggalkan, menyisakan dua insan dengan tubuh yang tidak dibalut apapun. Hanya selimut yang menutupi tubuh mereka.

Sekarang, posisi Winter telentang di atas kasur, dengan Karina yang berada di atasnya. Kepala Karina berada di ceruk leher Winter, menghirup wangi tubuh Winter. Ciuman dan gigitan kecil berkali-kali diberikan oleh Karina pada kulit mulus Winter, yang menghasilkan erangan yang keluar dari mulut Winter. Tangan Karina pun tidak diam, Ia menjelajah bagian-bagian tubuh Winter.

Karina memuaskan Winter dengan pelan dan lembut, penuh kasih sayang. Meskipun begitu, Winter telah mencapai pelepasannya hingga beberapa kali. Butiran-butiran keringat tampak di sekitar dahinya.

Setelah dirasa cukup karena Winter sudah mulai terlihat lelah, Karina pun menyudahi aktivitasnya. Mengakhiri hal itu dengan ciuman di bibir gadisnya. Setelah itu, Ia merebahkan tubuhnya di samping Winter. Posisinya menyamping, tangannya menopang kepalanya agar dirinya dapat menatap wajah cantik gadisnya. Tangannya bergerak untuk meraih area sebelah kanan wajah Winter, merapikan rambutnya dan mengelus pipinya. Winter juga ikut menyamping, tubuhnya menghadap Karina. Ia menatap Karina dengan mata sayunya.

Sambil menyisir dan mengelus rambut Winter yang berada di sisi kanan wajah Winter, Karina bertanya, “Capek, hm?”

Winter menggeleng pelan. “Nooo, Mommy.”

Karina terkekeh. “No, tapi lemes banget jawabnya.”

Winter hanya tertawa.

Kemudian, Winter mendekatkan tubuhnya ke tubuh Karina, lalu membenamkan wajahnya di dada Karina sambil memejamkan matanya. Karina meluruskan tangan kanannya dan menempatkan tangannya itu di bawah kepala Winter. Sedangkan, tangan kirinya memeluk tubuh mungil Winter. Wajahnya didekatkan ke kepala Winter, Ia mencium pucuk kepala gadis kesayangannya itu. Setelah itu, Ia juga ikut memejamkan matanya. Mereka berpelukan untuk berbagi kehangatan, karena selimut yang menutupi tubuh mereka rasanya masih tidak cukup.

Sekitar setengah jam kemudian, Winter membuka matanya dan mendongakkan kepalanya agar dapat menatap wajah wanita di hadapannya. “Mommy,” panggilnya.

Karina perlahan membuka matanya, lalu menunduk, menatap seseorang yang memanggilnya. “Iya?”

Winter senyam senyum. “Mommy… Winter mau wine lagi.”

Karina tersenyum melihat Winter. Karena hari ini adalah ulang tahun Winter, Ia pun rela menuruti segala keinginan bayi kesayangannya itu.

Karina sedikit duduk, lalu meraih wine di sampingnya. Ia menuangkan isi botol wine itu ke kedua gelas yang ada. Setelah itu, Ia beralih ke Winter lagi. Memegang satu gelas untuknya, dan memberikan satunya lagi untuk Winter. Winter yang sekarang telah duduk dan bersandar di headboard menerimanya dengan senyum yang terlukis di wajahnya.

“Eh, tunggu. Pake bath robe-nya, ya? Biar ga kedinginan.” ujar Karina. Mereka pun memakai bath robe masing-masing.

Gelas demi gelas telah Winter konsumsi, Ia mulai tipsy. Karina pun mengambil gelas Winter, menjauhkannya dari jangkauan Winter.

“Udah, ya? Jangan banyak-banyak. I don't want you to get drunk too much and suffer in the morning.” ucap Karina.

Winter mengalungkan tangannya di leher Karina. “B-but I'm already drunk… D-drunk in love w-with you, Mommy!” ucapnya—totally drunk—sambil menyengir menatap Mommy-nya.

Aish, this drunk baby…

Karina tertawa, lalu menarik Winter dalam pelukannya. Tangannya mengelus lembut rambutnya, kepalanya mencium puncak kepala Winter. “I love you too, Sweetheart.

Winter hanya senyam senyum.

Selama beberapa menit, keheningan menyelimuti. Hanya terdengar deru nafas dan suara tidak jelas dari televisi.

Winter memecah keheningan tersebut, “Mommy.” panggilnya.

“Hm?”

Winter menatap Mommy-nya, dengan senyum lebarnya. “Winter seneng… Seneng banget. Winter seneng spending new year and birthday Winter bareng Mommy.” ucapnya.

Thank you for making my birthday special, Mommy. Winter sayang Mommy banyak banyaaakk!”

Karina ikut tersenyum lebar. Ia membalas, “My pleasure, Baby. Mommy juga sayang Winter banyak banyak.”