Pembagian Rapor

Hari ini hari pembagian rapot.

Mamah Taeng sudah di dalam mobil, siap untuk jalan menjemput Karina dan Bundanya kemudian ke sekolah. Winter menyusul masuk dan duduk di kursi belakang.

“Heh Dek Winto, kamu ngapain di belakang gitu? Duduk di depan sini!” protes Mamah Taeng.

“Tapi kan itu tempat buat Tante Irene ntar.” jawab Winter.

“Ya kan Tante Irene-nya belum ada, kamu duduk disini dulu. Kalo kamu dibelakang nanti Mamah kaya supir Gojek.”

“Kan ini bukan ojek, Mah.”

“Ya.. Gocar maksudnya.”

“Gapapa.”

“Gapapa apa?”

“Mamah cocok jadi Mba Gocar.”

Satu gaplokan pun mengenai wajah mungil Winter.


Mobil berwarna silver milik Mamah Taeng pun sampai di depan rumah Keluarga Yu. Winter pindah duduk ke belakang, kemudian kursi depan diisi oleh Bunda Irene. Wajah Winter yang tadinya ditekuk gara-gara digaplok Mamah langsung sumringah setelah melihat wajah cantik Karina dengan senyuman manisnya.

“Hai Rina!” sapa Winter sambil menyengir.

“Hai Winter.” Karina menyapa balik sambil tersenyum hangat.

Winter terus menggeser pantatnya hingga tidak menyisakan jarak antara dirinya dengan Karina. Karina yang menyaksikan itu hanya bisa menggelengkan kepala, tapi sebenernya seneng. Karena Winter lebih pendek, ia menyenderkan kepalanya di pundak Karina. Karina pun tidak bisa menahan senyumannya.

Untuk mencairkan suasana, Mamah Taeng bertanya, “Kira-kira Dek Winto ranking berapa, nih?”

“Winter mau ranking dua!” seru Winter.

Tiga pasang mata memandangnya bingung.

“Kok dua? Kenapa ga satu, Winter?” tanya Bunda Irene.

Winter menjawab, “Winter mau ranking dua aja biar Rina yang ranking satu.”

Mamah Taeng dan Bunda Irene terkekeh mendengar jawaban Winter yang bucin. Sedangkan Karina menunduk malu, Ia tidak bisa menahan senyumnya.

“Winter aja yang ranking satu, Rina yang kedua.” ujar Karina.

Winter berargumen, “Tapi kan Rina lebih pinter! Rina aja yang ranking satu.”

“Tapi Winter-”

Kedua wanita yang duduk didepan menggelengkan kepalanya. Ya ampun, bocil…

“Sudah, sudah. Anak Bunda dan Mamah sama-sama pinter, oke?” ujar Bunda Irene menengahkan. Winter dan Karina pun terdiam.

Setelah beberapa saat, Mamah Taeng membuka suara, “Mbak Rene lebih suka cilok atau cimol?”

Kedua wanita tersebut pun membahas seputar percilok-cimolan. Sedangkan kedua bocil yang duduk di belakang, Karina sedang tertawa mendengar Winter yang bercerita tentang dirinya yang digaplok Mamah tadi pagi.


Sesampainya di kelas, sudah ada beberapa orang tua dan anaknya menunggu. Ibu Jihyo, sang wali kelas 2B juga sudah duduk di bangkunya.

Anak-anak yang lain duduk sebangku bersama orangtuanya. Sedangkan Winter? Ia malah mau duduk sama Karina. Mamahnya diusir, di suruh duduk sama Tante Irene aja. Daripada membuat keributan karena Winter keras kepala, lebih baik Mamah Taeng menurut saja, duduk di sebelah Bunda Irene. Sekalian ngobrolin cilok yg mau dibeli ntar.

Setelah kelas sudah ramai, terisi hampir seluruh orang tua para siswa, Ibu Jihyo pun berdiri di depan kelas untuk mengucapkan sepatah dua kata.

Setelah itu, Ibu Jihyo mengambil spidol untuk menuliskan peringkat 3 besar di papan tulis.

  1. Winter Kim
  2. Karina Yu
  3. Renjun Huang

Beberapa reaksi dilontarkan oleh orangtua dan anak kelas 2B. Ada yang bersorak mengucapkan selamat, ada yang hanya tersenyum, dan ada orang tua yang protes kenapa anaknya ga ranking.

Ibu guru memanggil ketiga anak yang mendapat peringkat 3 besar, tentu Winter dan Karina termasuk.

Setelah sampai di depan, Winter malah bertanya, “Ibu guru, kok Winter ranking satu? Winter maunya ranking dua.”

Ibu guru menatap muridnya tersebut heran. “Karena emang nilai Winter paling bagus.. Emang kenapa Winter mau ranking dua?”

“Winter mau ranking dua biar Rina yang ranking satu.” ujar bocil tersebut.

Karina yang mendengar itu pun protes, “Apa sih, Winter? Winter aja yang ranking satu, biar Karina yang ranking dua. Kan Winter pinter.”

“Gapapa, ih. Winter ranking dua aja biar Rina-”

“Winter ranking satu! Rina aja yang ranking dua-”

Seketika penghuni kelas yang tadinya berisik menjadi diam, menyaksikan keributan antara dua bocil tersebut. Ibu Jihyo bingung. Buset, ni dua bocil bucinnya kelewatan apa gimana…

Winter dan Karina ribut, sedangkan Renjun, sang peringkat 3, hanya berdiri dan tersenyum di tengah keributan.

“Ya Tuhan..” Mamah Taeng menepok jidat.

Bunda Irene bangkit dari bangkunya. Ia berdiri kemudian menyilangkan tangannya di depan dada. Ketika ia membuka suara, “Rina.. Winter…” sontak dua bocil itu langsung terdiam. Suasana kelas benar-benar hening. Memang sepertinya Bunda Irene itu penyihir atau gimana gatau juga tapi jago banget urusan bikin orang diem.

Setelah itu, Bunda Irene langsung tersenyum manis sambil berkata, “Silahkan, Ibu Jihyo, boleh dilanjutkan.” kemudian duduk manis lagi seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Seperti yang diperintah Bunda Irene sebelumnya, Ibu Jihyo pun melanjutkan kegiatannya.

Ketiga siswa yang memperoleh peringkat tersebut mendapat hadiah berupa piala dan buku, kemudian kembali ke orangtuanya. Setelah penyerahan hadiah tersebut, kegiatan selanjutnya yaitu membagikan rapot kepada orang tua murid sesuai dengan urutan.


Setelah menerima rapot Karina dan Winter, ternyata nilai mereka beda tipis. Nilai masing-masing pelajaran mereka mirip-mirip, kecuali nilai matematika Winter yang lumayan jauh lebih tinggi daripada Karina.

“Okay, karena nilai Dek Winto sama Karina bagus-bagus dan dapet ranking 1 dan 2, kita jalan-jalan!” seru Mamah Taeng begitu sampai di dalam mobil.

Winter dan Karina bersorak. Bunda Irene tersenyum, senang melihat anaknya bahagia bersama Winter.

“Emang mau kemana, Tante Taeyeon?” tanya Karina.

“Ke tempat Cilok Mang Asep.” jawab Mamah Taeng.

Karina dan Winter melongo.

“Yah ilah, Mamah!” protes Winter.

Mamah Taeng tergelak, mengeluarkan suara tawa khasnya yang terdengar seperti ahjumma. Winter mendengus.

“Iya, iya. Mamah becanda. Mamah lagi pengen banget cilok itu soalnya, Dek. Sekalian traktir Mbak Irene juga. Nanti dari situ deh kita jalan-jalan.” jelas Mamah Taeng sambil memasang seatbelt, siap untuk meluncur.

Bunda Irene iseng bertanya kepada Winter, “Emangnya Winter mau jalan-jalan kemana sihh?”

Winter tersenyum lebar kemudian menjawab, “Winter mah gapapa kemana aja boleh yang penting sama Rina!”

Mendengar itu, seperti biasa, Karina menunduk malu.