Pertemuan dan Pertukaran

Memasuki gedung perpustakaan, rasanya sudah sepi. Hanya ada penjaga perpustakaan, beberapa dosen, dan beberapa mahasiswa, salah satunya Wina.

Gadis berambut pendek itu tengah duduk di depan komputer. Karin pun menghampirinya.

Ketika sudah dekat, ia menatap keheranan ketika hp yang sepertinya miliknya seperti dijauhkan dari Wina. Kemudian, saat melihat layar komputer, ia melihat Wina sedang searching di Google.

Dapet notifikasi telfon dari diri sendiri di hp sendiri, itu lah yang tertera di search bar-nya. Wina juga sesekali memeluk dan mengusap-usap sisi tubuhnya, seakan-akan ia sedang merinding takut gitu.

Karin menahan tawa.

Gadis berambut panjang nan tebal itu iseng memegang pundak Wina dari belakang, yang hampir dihadiahi tonjokan dari Wina jika saja dirinya tidak menghindar. Wina yang tersadar bahwa seseorang yang hampir dia tonjok itu adalah katingnya, langsung meminta maaf berkali-kali sambil menunduk-nunduk.

Karin terduduk di bangku sebelah Wina dengan senyum lebarnya. Tangannya meraih pundak Wina, kemudian berkata, “Gapapa, Wina.”

Tubuh Wina menegang. Sepertinya ini baru kali pertama ia mendengar kating cantiknya itu memanggil namanya. Terlebih lagi, dengan tangan (yang juga cantik) miliknya yang sedang bertengger di pundaknya.

“K-kenapa, Kak?” gadis berambut pendek itu merutuki dirinya karena tergagap seperti barusan.

Karin tersenyum manis. Wina merasa ia bisa diabetes kalo ngeliat kelamaan, jadi ia memutuskan untuk menunduk.

Karin mengeluarkan hp Wina, menunjukkan lockscreen-nya. “Hp kamu, kan?”

Wina terperangah. Lah… Hp gue kok bisa ada di Kak Karin?

Karin menoleh, menunjuk hpnya, kemudian menatap Wina kembali. “Itu hp aku, yang ada di kamu. Tadi aku yang nelfon, Wina. Ga usah takut.”

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Karin, pipi Wina merona.

Kak Karin liat apa yang gue search barusan…? Ya Allah, malu.

Karin pun memberikan hp Wina kembali pada pemiliknya, kemudian mengambil hpnya sendiri.

“Wina.” panggil Karin.

Wina mendongak, “Iya, Kak?”

“Hpnya kasih passcode. Bahaya.” Wina mengangguk pelan. “Masih untung hp kamu kebawanya sama aku, yang gaada niat jahat sama sekali. Kalo kebawanya sama orang jahat, gimana?” ujar Karin.

“Iya, Kak. Nanti aku pakein.” ucap Wina yang mendapat senyuman dari Karina. “Makasih, Kak.”

Karin pun mengangguk, seraya berdiri.

“Wina.” panggil Karin lagi.

Sudah berapa kali Karin memanggil nama Wina hari ini? Jantung Wina secara tidak sadar berdegup lebih kencang setiap hal itu terjadi. Namun, Ia juga tak ingin Karin berhenti, bahkan ingin mendengar kating cantik itu menyebut namanya terus menerus.

“Iya, Kak?”

Karin tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Wina. Gadis yang lebih muda itu mendongak, menatapnya dengan tatapan polos yang membuat ia terlihat sangat gemas, seperti puppy.

“Aku duluan, ya.” ucap Karin, tangannya mengacak pelan rambut Wina.

Karin gatau aja, kalo yang jadi acak-acakan bukan cuma rambut Wina doang, tapi hatinya juga. Jantung Wina berdegup tidak karuan.

Karin baru melangkah pergi sebanyak dua kali, tapi dia berhenti lagi. Ia membalikkan badan, melihat Wina yang sedang senyam senyum. Ia pun ikut senyum.

Karin memanggil sekali lagi, “Wina.”

Wina sedikit kelabakan saat mendengar panggilan itu. “I-iya, Kak?”

Lockscreen kamu keren, by the way.

Itu adalah hal yang diucapkan Karin sebelum ia benar-benar pergi. Jantung Wina makin berdegup tidak karuan. Pipinya pun merah merona. Kalo dia lagi ga di perpustakaan, pasti udah teriak-teriak.