The Letter

Ketika anak OSIS mengirimkan surat, Gisya sedang berada di depan kelas bersama teman-temannya.

“Permisi, kak Algisya Arsella? Dapet kiriman surat, nih,” ujar si anak OSIS yang bertugas mengirimkan surat. Gisya terkejut, dia tidak mengira akan mendapat surat sama sekali, karena dirinya bisa dibilang tidak famous, dan kerjaannya ngedokem di kelas. Tidak seperti temannya, Kale, yang dikenal seantero sekolah, sehingga mendapat belasan surat dari tadi.

Gisya pun menerima surat tersebut dan mengucapkan terimakasih pada anak OSIS tersebut. Teman-teman Gisya bersorak, menggoda Gisya. Gisya hanya tertawa malu-malu.

“Ssst, diem lo semua, berisik!” seru Kale si galak. Lalu Kale beralih ke Gisya, dan dengan suara yang lembut Ia berkata, “Buka suratnya, dong, Gis.” Teman-teman Gisya juga mengiyakan permintaan Kale.

Gisya menggeleng. “Gak mau! Surat ini kan buat gue, jadi khusus gue aja yang baca.”

“Yah …” “Woo, Gisya gak asik!”

Gisya hanya tertawa kecil dan beranjak menuju kelas, membawa surat itu di tangannya.


Hai, Kak Gisya!

Kak Gisya apa kabar? First of all, aku mau bilang, makasih udah bikin UTS-ku 1000x lebih menyenangkan, Kak. You probably would guess who I am from here, haha.

Anyway! Second of all, I don't know if the thing I'm about to say would make you feel uncomfortable or not, but hopefully, you wouldn't. But if you do, then, I'm sorry.

I just wanna say this to you, because I can't help it. I don't know if you noticed, but actually, I've been interested in you ever since the first time you gave me Nextar. You're such a kind, smart, chill, and cute person. Not to mention, you're also pretty ^_^

If you're also interested in me … or just, want to be my friend, you can contact me in: 087317261130 :D

Lastly, it was really great to know you! Hoping to get your response, tho :D But if you don't want to respond, that's okay as well, tho… No pressure!

—N.

“Whoa …”

“Ish, males. Kamu kebaikan sama orang, sih. Jadi gampang disukain gitu, kan,” dengus seorang gadis yang sedang menempatkan kepalanya di pundak Gisya. Mereka sedang duduk di kantin, dengan gadis itu ikut membaca surat yang baru saja diterima oleh Gisya.

Gisya bergumam, “Gemes.”

Mendengar hal tersebut, gadis yang tadinya bersandar itu langsung menegakkan kepalanya, menatap Gisya tajam. “Yaudah, sana! Sama si cewek gemes aja itu!”

Gisya tertawa kecil. “Apa, sih? Maksud aku tuh kamu yang gemes. Cemburu gitu.”

“Gak lucu!” gadis itu memalingkan arah, pura-pura marah.

Gisya membalikkan tubuh gadis tersebut, meraih pipinya dan mengelusnya, sambil berkata, “Tenang aja, sih. Aku sukanya cuma sama kamu, Dwina. Sayang, malah.”

Dwina…

Kedua gadis itu tidak tahu, bahwa si pengirim surat sedang berdiri di ambang pintu kantin. Hatinya hancur berkeping-keping, melihat gadis yang Ia sukai ternyata telah berpacaran dengan salah satu sahabatnya. Dan Ia juga tidak mengetahui tentang hal itu sebelumnya.

Bening pun berbalik arah, berjalan ke arah gerbang sekolah untuk pulang. Rasanya campur aduk, Ia marah, kesal, tapi juga sedih.