Three's A Crowd
Besok hari Sabtu. Pertemuan ekskul basket akan diadakan pukul 9 pagi. Sebenernya pertemuan hari ini bisa dibilang ga penting, makanya Karin mager. Tapi karena Wina mau jemput, Karin jadi semangat. Karin tertidur dengan senyuman di wajahnya, membayangkan dirinya yang akan dijemput oleh Wina besok.
Wina agak telat bangun, jadi baru sampai di kediaman keluarga Dinata pukul 08:45, cukup mepet. Ketika memencet bel, seseorang yang membuka pintunya adalah Kayra. Terlihat gadis cantik dengan senyumannya itu menyapa Wina.
“Wina? Ngapain?” tanya si pemilik rumah.
“Mau jemput Kayin.” jawab Wina. Senyum Kayra meluntur, tapi tentu saja Wina tidak menyadari hal itu.
Setelah terdiam sejenak, Kayra pun menjawab, “Karin belom bangun, masuk aja dulu.”
Kayra membawa Wina ke ruang tengah, menyuruh Wina duduk di sofanya.
“Buru-buru?”
Wina menimbang-nimbang jawaban apa yang harus diberikan. Sebenernya iya, karena pertemuannya bentar lagi. Tapi kalo dipikir-pikir, gaenak kalo harus ganggu tidurnya Karin, lagian pertemuannya ga penting juga. Akhirnya Wina menjawab, “Um, ga juga sih.”
Kayra tersenyum. “Lo pilih aja mau nonton apa, gue bikinin sarapan, ya? Pasti belom sarapan, kan?”
Wina sedikit bangun untuk menahan Kayra, “Belom sih.. T-tapi gausah, Ra. Takut ngerepot-”
“Enggak, Win. Udah tunggu aja.” Kayra langsung perdi menuju dapur, meninggalkan Wina yang terduduk di sofa lagi.
Usai membuat sarapan untuk dirinya dan Wina, Kayra kembali ke ruang tengah. Ternyata Wina sedang menonton Phineas and Ferb, Kayra pun ikut nonton itu. Mereka sarapan bersama, sambil sesekali tertawa dan bercanda. Senyuman seperti ter-tato di bibir Kayra setiap dirinya sedang bersama Wina.
Di dalam kamarnya, Karin baru saja membuka mata. Saat ia melihat jam, ia langsung terkejut dan berdiri dengan sekejap. Jarum pendek di jam sudah hampir menunjuk ke angka 10.
“Mampus… Gue telat!”
Karin segera berjalan ke arah luar sambil berteriak, “Ih! Kok gaada yang bangunin-”
Ucapan Karin terhenti ketika ia melihat kembarannya sedang tertawa bersama Wina di ruang tengah. Ia merasa… sakit. Dan bimbang.
Di satu sisi, ia senang melihat kembarannya tertawa lepas seperti itu. Namun, di sisi lain, ia sakit hati. Kenapa kembarannya harus seperti itu bersama orang yang ia suka?
Mengesampingkan rasa sakit itu, Karin sedikit berlari menghampiri kedua gadis yang berada di sofa ruang tengah itu.
“Winaaaa!” ujar Karin, seraya menjatuhkan dirinya di sebelah Wina. Tangannya melingkar di tubuh Wina, memeluknya dari samping.
Senyuman Kayra langsung luntur.
“Kenapa ga bangunin gue?” tanya Karin sambil menatap wajah Wina, serta memamerkan senyuman manisnya.
“Gue gaenak, masa ganggu tidur lo.”
Kayra muak. Ia membuang muka, melihat ke arah manapun asal tidak melihat kembarannya yang sedang bersikap 'sok manis' di depan Wina.
“Gajadi kesana?” tanya Karin lagi.
Wina menggeleng. “Kalo dipikir-pikir, sebenernya gapenting juga pertemuan hari ini, ya ga si? Pantes lo mager semalem.”
Karin mengangguk sambil tertawa kecil.
Kemudian Karin berkata, “Eh, mau jalan aja gak?”
Di sisi lain, Kayra berharap Wina menolak ajakan kembarannya tersebut.
“Boleh. Mau kemana?”
Kayra sedikit mendengus.
“Ke Sea World, yuk?” tanya Karin lagi.
Wina mengangguk. “Agak random.. Tapi boleh!”
Kayra menghembuskan napas panjang dan merebahkan dirinya pada sandaran sofa, kemudian memejamkan matanya.
“Ra?”
Mendengar itu, Kayra langsung membuka matanya. Dan saat membuka matanya, kedua netra tersebut bertemu dengan milik Wina.
“U-uhh.. K-kenapa?”
“Mau ikut ga? Gue sama Karin mau ke Sea World.” tanya Wina.
Kayra bimbang. Di satu sisi, ia yakin Karin bakal marah padanya. Tapi di sisi lain, ia tidak rela membiarkan Wina berduaan dengan kembarannya.
Kayra sedikit melirik ke arah Karin, matanya bertemu dengan tatapan tajam dari kembarannya. Kayra tersenyum miring, kemudian menjawab, “Boleh, Win.”
Karin langsung mendengus dan membuang muka.
Perjalanan mereka di Sea World bisa dibilang lancar. Sedikit chaos, tapi masih lumayan lancar.
Karin yang excited melihat kehidupan laut ingin kesana kemari, sedangkan Kayra yang cepet capek minta duduk tiap lima menit. Selain itu, Wina selalu berada di tengah. Tiap Wina jalan di pinggir, salah satu diantara si kembar pasti pindah tempat, karena mau disamping Wina. Wina agak bingung, tapi ia berpikir, emang si kembar begini kali ya?
Setelah mereka sampai rumah dan Wina telah pulang, suasana dirumah mencekam. Situasi cukup menegangkan, mereka tidak mau berbicara, bahkan menatap satu sama lain. Karin langsung masuk kamarnya, tidak lupa membanting pintunya.
Kayra terkekeh, “Manja.”
Tapi setelah ngomong gitu, ia ikut membanting pintu kamarnya juga.