UTS — Day Five.
Hari ujian terakhir.
Kalo Bening diminta untuk mendeskripsikan hari ini dalam satu kata, Ia akan mengatakan bittersweet (bukan by Najla, ya). Bening senang, karena UTS akan usai. Tapi juga sedih, karena Ia akan berpisah dengan kakak kelas yang akhir-akhir ini mewarnai harinya, Kak Gisya. Bening tau, Gisya pasti masih akan muncul-muncul di sekolah, tetapi tentunya intensitas interaksi mereka pastinya akan menurun bahkan tidak ada, makanya Bening sedih.
Mata pelajaran kedua di UTS hari kelima, alias ujian yang terakhir. Bening telah selesai, karena mata pelajaran terakhir adalah PKWU, 'matpel gajelas', kalo kata Bening.
Bening melirik ke sampingnya, melihat Gisya yang sepertinya sudah selesai juga. Bening tidak mau mengakhiri masa UTS ini, Ia masih ingin berinteraksi dengan Gisya. Maka dari itu, Ia mengambil kertas kosong dari kolong meja, dan mulai menulis.
Hai, Kak Gisya! Ujiannya udah?
Bening menuliskan hal tersebut, lalu menggeser kertas itu ke dekat Gisya dan mencolek kakak kelasnya itu. Gisya yang tadinya sedang merebahkan kepalanya di meja pun langsung bangun, dan tersenyum ketika melihat kertas dari Bening.
Udah selesai, nih. Kamu juga ya? Pasti lagi gabut, haha, tulis Gisya.
Bening lalu membalas, Iya … aku gabut ): Gak kerasa ya, udah selesai aja uts nya. Pisah sama Kak Gisya, deh. Huhu T__T
Jangan sediihh! Kan masih bisa ketemu besok besok. Kita sama sama masih sekolah disini, kan? Wkwk.
Iya sih … tapi tetep aja ):
Gisya terdiam sejenak, lalu menulis, Bening.
Iya, Kak Gi?
Mau main 20 questions, gak? Tapi ga harus 20 pertanyaan, sampe bel bunyi aja. Mau?
Bening berusaha menahan dirinya dari tersenyum lebar saat melihat tulisan Gisya—tapi gagal sih, nyatanya bibir Bening membentuk lengkungan ke atas.
MAUU!
Oke. Kamu boleh nanya yang pertama.
Bening tersenyum jahil, seraya menulis, Apa penyebab jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan Turki Usmani?
Saat membaca pertanyaan Bening, Gisya melongo.
Kok jadi sejarah … aku anak ipa :(
HAHAHA. Ga deh, bukan itu pertanyaannya. Oke, aku mau nanya, makanan favorit Kak Gi apa?
Semenjak dikasih permen sama seseorang yang inisialnya Ayesha Bening, makanan favoritku jadi permen. Apalagi permen kis. Terlebih lagi kalo permennya dari Ayesha Bening.
Ketika membaca tulisan Gisya, Bening menunduk. Ia yakin, wajahnya pasti memerah. Senyuman pun tak bisa Ia tahan lagi.
Ih, Kak Gisya gombal aja >:(
Gisya terkekeh, Hahaha. Tapi serius, aku itu sweet tooth, suka yang manis-manis. Kalo kamu, makanan favoritnya apa?
Aku suka semua makanan … basically omnivora ):
Wkwkwk bagus bagus, jadi ga susah milih makannya. Anyway, pertanyaan kedua ya? Kan tadi udah makanan favorit, kalo sekarang minuman favorit. Minuman favorit Ning apa?
Bening terlihat berpikir sesaat, kemudian Ia menulis, Aduh, aku bingung … Aku suka semua minuman juga :(
Saat melihat tulisan Bening, Gisya tertawa kecil. Omnivora sih ya? No wonder. Hahaha. Btw, chatime suka?
Suka! chatime enakk
Emang, enak banget. Menu favoritmu apa, Ning?
Bening terlihat berpikir lagi. Kemudian menulis, Kalo aku tulis aku suka semua lagi, kesel ga? HAHAHA. Ga deh. Tapi beneran, aku ga pemilih anaknya … Tapi kalo harus milih, biasanya aku beli pure cocoa + pudding sih. Itu enak banget, Kak Gi harus coba!
Pure cocoa + pudding? Oke, nanti aku coba deh.
Kalo chatime favorit Kak Gi apa?
Aku anaknya basic … alias favoritku itu hazelnut choco wkwkwk menu favorit sejuta umat.
Haha bener, sejuta umat. Tapi emang beneran enak sih!
Bel pulang menghentikan aktivitas 'mengobrol lewat tulisan' Bening dan Gisya. Bening cemberut, Ia masih tidak ingin berpisah dengan Gisya.
Gisya bangkit dari kursinya, kemudian menghadap ke arah Bening yang sedang cemberut. Ia mengelus punggung Bening sambil berkata, “Hey, udah, jangan sedih, Ning.”
Bening sedikit terkejut, lalu mendongak, tapi menunduk lagi setelah melihat Gisya yang sedang menatapnya.
Bening lalu ikut bangkit, berdiri sejajar dengan Gisya. Ia berucap, “Kak Gisya.”
“Iya?” tanya Gisya dengan satu alisnya yang terangkat.
Bening meneguk ludah, lalu berkata, “See you next time.“
Mendengar kata-kata Bening, Gisya sedikit tertawa. “Kamu, nih. Udah kaya mau pisah kemana aja. Nanti Senin kita juga ketemu lagi, Ning.”
“Tetep ajaaaa, Kakaaak,” rengek Bening sambil cemberut.
Gisya tertawa.
“Eh, iya. Kamu langsung pulang, Ning?” tanya Gisya.
Bening menggeleng. “Enggak, Kak. Abis ini aku mau padus, huft.”
Mulut Gisya membentuk bulat, “Ooohh … kamu anak padus. Suaranya bagus, dong?”
“Ya … gitu.”
Mereka tertawa bersama.
“Padusnya dimana? Di ruang musik?” tanya Gisya lagi.
Bening menggeleng lagi, “Enggak. Padusnya di kelas ini, Kak. Soalnya ketuanya, Kak Winda, kelasnya disini.”
Gisya hanya mengangguk-angguk.
Tiba-tiba suara Kale terdengar, “Gis! Buru!” membuat Bening dan Gisya terpaksa harus mengakhiri interaksi mereka.
“Aku duluan, ya? See you, Bening,” ujar Gisya sambil melangkah pergi, tangannya dadah-dadah.
“See you, Kak Gisya!”
“Bening ada?” tanya Danisa yang kepalanya nongol di pintu kelas XII MIPA 2, tempat anak padus berkumpul.
Bening pun bangkit dan melangkah keluar setelah Winda memberi izin padanya.
“Kenapa, Sa?” tanya Bening ketika Ia sampai di hadapan Danisa.
“Lo dicariin satpam, Ning. Kayanya GoFood lo udah sampe,” jelas Danisa.
Bening menatap Danisa bingung. GoFood? Gue gak pesen apa-apa …
“Gue ga pesen apa-apa, Sa. Beneran buat gue?” tanya Bening lagi, memastikan.
Danisa mengangguk yakin. “Beneran. Samperin dulu dah. Mungkin ada yang ngasih GoFood buat lo?”
Bening bengong lagi. Siapa yang ngasih, anjir? Temen-temen gue gaada yang sedermawan itu perasaan.
Bening pun mengikuti kata Danisa, menghampiri pos satpam. Dan benar saja, ada abang GoFood yang menunggu disana.
“Mba Bening?” tanya abang tersebut. Bening hanya mengangguk.
Abang GoFood itu memberi Bening segelas Chatime, sambil membaca tulisan dari ponselnya, “Ini ada pesen dari pengirimnya, Mba. Katanya 'Ning, makasih ya udah jadi chairmate ujian yang asik. Nanti kalo ketemu aku, sapa aja, oke? Btw, ini Chatime pure cocoa plus pudding buat kamu, anggep aja ucapan terimakasih dari aku. Enjoy!' gitu, Mba.”
Bening sangat ingin berlari ke lapangan lalu berteriak sambil guling-guling, karena saking senengnya. Tapi sayangnya, dirinya masih waras, jadi ga dilakuin. Padahal seru kan ya ngeliat anak orang guling-guling sambil teriak-teriak di tengah lapangan.
“M-makasih, ya, Mas!” ucap Bening.
Gue harus bilang terima kasih ke Kak Gisya … Dia masih di sekolah, gak, ya?
Bening kembali masuk ke kawasan sekolah, berniat mencari Gisya. Ternyata tidak perlu susah-susah dicari, Gisya terlihat sedang duduk di pinggir lapangan bersama teman-temannya.
Bening berjalan ke arah sirkel itu, tetapi Ia berhenti agak jauh dari sirkel tersebut karena rada takut berhadapan sama banyak kakak kelas. Mana ada Kak Kale yang terkenal galak, lagi.
Bening berdiri bagai orang bodoh di pinggiran deket tembok, sambil berharap Gisya menyadari keberadaan dirinya. Entah telepati atau doa Bening di ijabah oleh Tuhan, tak lama setelah Bening berdiri disana, Gisya tak sengaja sedang mendongak, lalu matanya bertemu dengan mata Bening. Bening yang melihat itu langsung tersenyum sumringah sambil dadah-dadah. Gisya ikut tersenyum, lalu izin pada teman-temannya untuk pergi menemui Bening sesaat.
“Hai, Bening,” sapa Gisya begitu dirinya berdiri dekat Bening.
“Hai, Kak Gisya.”
Bening menyodorkan Chatime pada Gisya. “Ini …”
Gisya menahannya, “Itu buat kamu, Ning.”
“Tapi …”
“Tapi apaa? Udah, minum, gih. Mayan kan, haus abis nyanyi-nyanyi padus terus minumnya Chatime,” ujar Gisya sambil terkekeh. Bening tertawa kecil.
“Makasih banyak ya, Kak Gisya. Buat Chatime-nya … Dan juga udah jadi chairmate yang baaaik banget sama aku. Kakak chairmate favorit aku,” ucap Bening malu-malu.
“Sama-sama. And the same goes to you, Bening,” Gisya tersenyum lebar, tangannya mengusap pundak Bening. “Udah, gih. Padus lagi.”
Bening mengangguk. “Siap, Kakak! Aku padus lagi, ya?”
“Okay! Semangat padusnya, Ning!”
“Makasih, Kak Gi.”
Bening sungguh bahagia hari ini. Saking bahagianya, saat berjalan balik ke kelas, Bening sampe kesandung kaki sendiri lalu jatuh. Bening tidak berani menengok ke belakang karena Ia tau, pasti Gisya melihatnya.
Wajah Bening memerah, menahan malu.