UTS — Day Three.

SMA Nusantara merupakan sekolah yang strict, menjunjung tinggi integritas, terutama saat ujian. SMA ini tidak mentolerir segala bentuk kecurangan ketika ujian. Siswa yang ketahuan menyontek akan diberi sanksi berupa namanya akan disebut di speaker yang akan didengar oleh seluruh warga sekolah, ditambah dengan lembar jawaban yang tidak akan dinilai, sehingga akan mendapat nilai 0 dalam ujian tersebut.

Pada realitanya, nasib para siswa berada di tangan pengawas. Kecurangan masih bisa terjadi, jika mereka mendapat pengawas yang santai. Namun, jika mendapat pengawas yang tegas, siswa-siswi pun takut untuk melakukan hal itu. “Nama siswa yang ketahuan mencontek akan disebut di speaker dan mendapat nilai 0” itu bukan hanya tipuan belaka, hal itu benar terjadi. Di UAS tahun ajaran kemarin, terdapat 5 siswa dari berbagai kelas yang mendapat sanksi tersebut. Hal itu juga terjadi karena mereka mendapat pengawas yang tegas, terutama Pak Bambang.

Ruang ujian 05, yakni ruang ujian Bening dkk sedang apes kali ini. Pengawas ujian mereka pagi ini adalah Pak Bambang, pengawas tegas yang tidak ada ampunnya ketika menemukan siswa yang nyontek.

Bening udah panas-dingin. Pasalnya, mata pelajaran sekarang adalah Geografi, pelajaran yang Ia tidak suka, dan Ia juga tidak mengerti. Runi mengerti Geografi, dan Bening tadinya memang sudah berniat untuk bertanya padanya, tetapi bagaimana caranya jika pengawasnya adalah pengawas yang super tegas dan teliti seperti Pak Bambang?

Ujian pertama pun berjalan. Baru juga 30 menit awal, tapi Bening udah kebingungan. Bening pun mengumpulkan segala keberaniannya, lalu mencolek Runi yang berada di depannya.

“Runi! Liat, dong!” bisik Bening. Runi bergerak di kursinya, membuat suara yang memecah keheningan ruang 05.

Pak Bambang menoleh, dan Bening pun mengurungkan niatnya untuk melihat jawaban Runi.

Percobaan kedua. Bening mencolek Runi lagi.

“Runi … Mau,” bisik Bening.

Runi sedikit menyamping, “Mau apaan? Nomor berapa?”

“Itu geser aja kertas jawaban lo, gue mau liat,” ucap Bening sambil menunjuk-nunjuk.

Tiba-tiba, terdengar suara barang jatuh. Bening dan Runi langsung duduk tegak dan menghadap ke depan. Terlihat Pak Bambang yang sedang menatap ke arahnya. Jantung Bening rasanya jatuh ke perut.

“Maaf, tempat pensil saya jatoh,” ucap si pelaku, yang ternyata adalah Gisya.

Sebelum Gisya mengambil tempat pensilnya, tangan sebelah kanannya menyodorkan kertas soalnya pada Bening, yang terdapat tulisan:

Jadi, tadi Kak Gisya sengaja jatohin tempat pensil buat nge-distract Pak Bambang?